
nara sumber : www.syahuri.co.cc
Jangan Pernah Menangis ketika kamu tak di cintai tapi Menangislah ketika kamu tak bisa Mencintai orang Yang Mencintaimu.. Memilih cinta jangan pernah berpikir kenapa kamu mencintainya karena di dunia ini kita bukan mencari seseorang yang sempurna untuk di cintai tapi belajar mencintai orang yang tak sempurna dengan cara yang sempurna..
Free Download MP3 Indonesia A - Z
KLIK DISINI UNTUK DOWNLOAD MP3 >> A - Z
Keanekaragaman organisme sangat besar. Jumlah spesies hewan yang telah dikenal baik oleh manusia tidak kurang dari 1 juta. Tiap spesies menunjukkan variasi yang cukup besar, sehingga secara keseluruhan dunia kehidupan itu memperlihatkan keanekaragaman yang begitu besar. Untuk mempermudah mempelajarinya perlu diciptakan cara yang tepat yaitu klasifikasi. Dari klasifikasi timbullah kelompok-kelompok hewan yang secara umum disebut takson. Karena jumlah takson cukup besar, masing-masing perlu diberi nama untuk mengenal dan membedakannya dari takson yang lain. Kedudukan takson-takson itu berjenjang dan cakupannya ada yang luas, dan ada yang sempit. Dari kata takson kemudian timbul istilah taksonomi yang diartikan sebagai teori dan praktik klasifikasi. Selain taksonomi, juga dikenal istilah sistematika yang berarti kajian tentang keanekargaman organisme. Selain istilah klasifikasi juga dikenal istilah identifikasi. Perbedaannya ialah klasifikasi didasarkan atas pemikiran induktif, sementara identifikasi didasarkan atas pemikiran deduktif.
Teori Klasifikasi
Pelaksanaan kegiatan klasifikasi perlu mengacu pada teori-teori klasifikasi yang berjumlah 5 buah. Masing-masing teori dapat berdiri sendiri-sendiri dapat pula bergabung bersama-sama. Kegiatan klasifikasi berdasarkan atas penalaran induktif. Kelima teori itu adalah: essensialisme, nominalisme, empirisme, cladisme, dan klasifikasi evolusioner. Tujuan klasifikasi adalah untuk menciptakan suatu sistem yang dapat dipercaya dan mudah dipakai untuk mengatasi keanekaragaman organisme yang membingungkan. Sebagai teori, klasifikasi memiliki nilai penjelasan, nilai prediksi yang tinggi, memiliki nilai heuristik yang kuat, dan bersifat provisional. Klasifikasi biologis terdiri atas penyusunan organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang mirip dan berasal dari sumber yang sama. Kemiripan yang digunakan untuk pengelompokan itu disebut ciri-ciri taksonomi. Jadi ciri taksonomi adalah suatu tanda atau atribut suatu takson yang membedakannya dari takson yang lain. Ciri-ciri perbedaan antara individu dalam suatu populasi, misalnya umur, jenis kelamin, bukan ciri-ciri taksonomi. Ciri-ciri taksonomi memiliki fungsi ganda, yaitu merupakan kekhususan suatu takson dan merupakan indikator hubungan kekerabatan. Secara keseluruhan, ciri-ciri taksonomi dapat dikelompokkan dan dikaji berdasarkan 5 kelompok besar: morfologi, fisiologi, biokimiawi, ekologi dan geografi.
Prosedur Pelaksanaan Klasifikasi
Spesies dipandang sebagai unit dasar klasifikasi. Makna spesies bermacam-macam, mulai dari yang sederhana sampai yang filosofis. Makna kata spesies adalah sesuatu yang asli. Menurut John Ray, spesies merupakan sekelompok individu yang mempunyai moyang sama, sedangkan menurut Linnaeus spesies adalah sekelompok organisme yang memperlihatkan tipe ideal. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian spesies dirumuskan dalam konsep-konsep. Kita mengenal 4 konsep spesies: konsep spesies tipologis, konsep spesies nominalistik, konsep spesies biologis, dan konsep spesies evolusioner. Selain konsep-konsep spesies, juga dikenal istilah-istilah: spesies sibling, spesies sympatric, spesies allopatric, spesies polytypus, spesies monotypus. Spesies menduduki tempat yang paling strategis di dalam hierarkhi klasifikasi. Kedudukan itu disebut kategori. Beberapa spesies yang serupa dikelompokkan ke dalam genus, dan beberapa genus yang serupa dikelompokkan dalam familia. Demikian selanjutnya sampai terbentuk kelompok yang paling besar yaitu Regnum. Dalam klasifikasi dikenal 21 kategori. Namun demikian jumlah kategori yang umum digunakan dalam klasifikasi hanya 7, bahkan 7 kategori itu dapat diringkas menjadi 3 kategori: kategori spesies, kategori subspesies dan kategori di atas spesies. Di dalam membahas spesies perlu dikenal adanya sistem tipus, yaitu suatu sistem yang digunakan dalam penentuan nama-nama takson. Tipus adalah suatu spesimen yang digunakan sebagai standar dalam penentuan nama suatu spesies hewan. Jadi tipus suatu spesies adalah suatu spesimen tertentu, tipus suatu genus adalah spesies tertentu dalam genus itu. Dalam sistem tipus itu dikenal 9 macam tipus: Holotipus, Paratipus, Allotipus, Sintipus, Neotipus, Topotipus, Metatipus, Homotipus dan Genotipus. Sistem tipus dapat digunakan secara luas, tetapi untuk kategori-kategori di atas spesies, tipus itu tidak berupa suatu spesimen. Tipus suatu genus berupa suatu spesies tertentu, tipus untuk familia adalah suatu genus dari familia itu, demikian selanjutnya.
DASAR-DASAR DAN PENERAPAN
Gambaran Umum Tatanama Hewan
Pada hakikatnya nama-nama takson itu adalah alat komunikasi bagi para pakar zoologi, sebab tanpa menyebut nama, orang lain tidak akan mengerti objek hewan apa yang dimaksudkan. Sayangnya ada ahli-ahli yang lebih tertarik terhadap nama-nama daripada hewannya sendiri. Sebenarnya nama-nama hewan telah diberikan sejak manusia mengenal hewan-hewan itu tetapi sifatnya masih kedaerahan, sehingga disebut nama daerah. Nama daerah berbeda-beda antara satu tempat dengan tempat yang lain sehingga nama daerah dipandang tidak praktis. Dalam perkembangannya manusia mencoba menciptakan nama-nama deskriptif, yaitu nama-nama yang didasarkan atas sebagian besar ciri-ciri yang dimiliki hewan-hewan yang dipelajari. Nama ini terlalu panjang sehingga tidak praktis. Itulah sebabnya kemudian diciptakan nama binominal yang lebih sederhana dan lebih praktis. Sistem binominal mengatakan bahwa nama spesies terdiri atas dua kata, sekaligus dua nama. Kata pertama merupakan kata genus, kata kedua merupakan kata spesifik atau disebut nomen triviale. Ternyata terdapat perbedaan terhadap penggunaan istilah Latin dalam nama ganda itu. Zoologi menggunakan istilah binominal,sedangkan botani menggunakan istilah binomial. Berdasarkan asal usulnya, tampaknya istilah binominal lebih tepat. Di dalam tatanama yang hendak ditata dan dibuatkan peraturannya adalah nama ilmiah atau nama Latin takson-takson. Peraturan itu tercantum dalam Kode Internasional Tatanama Zoologi dengan segala perangkatnya.
Ketentuan dalam Pemberian Nama-nama Takson
Kegiatan belajar ini mengatur cara pemberian nama takson tingkat kategori di bawah spesies dan kategori di atas spesies. Nama takson spesies diatur dalam sistem binominal, nama takson subspesies dengan trinominal, nama takson di atas spesies dengan uninominal. Nama familia berakhiran idae, nama subfamilia berakhiran inae, nama ordo sampai phylum berakhiran bebas, kecuali untuk ikan dan burung, nama ordo berakhiran iformes. Nama pencipta, diletakkan di belakang nama spesies, tanpa dipisahkan oleh tanda-tanda tertentu, tanpa digarisbawahi atau dicetak miring, dapat disingkat. Apabila dijumpai nama pencipta itu berada dalam tanda kurung, berarti nama genus dari spesies itu telah diubah, dan untuk menghargai jasanya, nama pencipta pertama tetap ditulis di belakang nama spesies tetapi di dalam tanda kurung. Apabila suatu populasi memiliki 2 nama, maka nama itu disebut sinonim, tetapi bila sebuah nama diberikan pada 2 kelompok populasi berbeda, maka nama itu disebut homonim. Hibrid tidak diberi nama, sebab hibrid bukan populasi dan berarti bukan takson.
Chordata Rendah
Chordata memiliki 3 (tiga) ciri utama yang membedakannya dari kelompok lain. Chordata dibedakan atas Chordata rendah dan Chordata tinggi. Anggota-anggota Chordata rendah tidak memiliki Column vertebralis, tetapi hanya memiliki chorda dorsalis sebagai penguat tubuhnya. Kepemilikan chorda dorsalis itu berbeda-beda, ada kelompok yang hanya memiliki chorda dorsalis di bagian anterior, ada yang hanya di bagian ekor dan ada yang memanjang pada seluruh punggung tubuh. Atas dasar 3 (tiga) perbedaan ciri tentang kepemilikan chorda dorsalis, batang syaraf dan celah insang, maka chordata rendah dibagi menjadi 3 (tiga) Subphylum: Hemichordata, Urochordata dan Cephalochordata.
Kelas Agnatha dan Kelas Chondrichthyes (Super Kelas Pisces)
Kegiatan belajar ini membahas tentang kelompok ikan tidak berahang yang termasuk kelas Agnatha. Kelas ini meliputi 2 ordo: Myxiniformes dan Petromyzontiformes. Kedua kelompok ini memiliki persamaan dan perbedaan, terutama berkaitan dengan mulut, sirip dan celah insang. Disamping kelas Agnatha, kegiatan belajar ini juga membahas kelas Chondrichthyes, yaitu ikan-ikan yang kerangkanya berupa tulang rawan, dan sesungguhnya tulang rawan ini bukan menunjukkan keprimitifannya melainkan merupakan ciri sekunder. Kelas ini mencakup 2 subkelas: Elasmobranchii yang dibedakan atas ordo Squaliformes dan ordo Rajiforms, serta subkelas Holocephali. Ordo Squaliformes mencakup semua jenis ikan hiu, sedangkan ordo Rajiformes mencakup jenis-jenis ikan pari. Terdapat beberapa perbedaan antara ikan hiu dan ikan pari yaitu dalam hal: letak celah insang, perlekatan sirip dada dan ujud dari ekornya. Subkelas Holocephali mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah insang.
Osteichthyes (Superkelas Pisces)
Osteichthyes mencakup semua jenis ikan dengan kerangka berasal dari bahan tulang sejati. Ada kelompok besar ikan bertulang sejati ini. Satu kelompok sangat penting artinya dalam perjalanan evolusi hewan darat (Tetrapoda) dan kelompok yang lain berkembang menjadi ikan-ikan maju seperti kita kenal sekarang ini. Ikan-ikan yang dipandang penting dalam perjalanan evolusi Tetrapoda adalah ordo Coelacanthiformes, sedangkan yang berkembang menuju ikan-ikan modern masa sekarang adalah Actinopterygii.
Kelas Ampbhibia
Amfibi adalah kelompok vertebrata darat yang paling primitif, menduduki tempat peralihan dari kehidupan akuatik ke kehidupan darat. Perubahan tempat kehidupan ini menyebabkan seakan-akan kelompok ini masih mencari-cari pola yang sesuai, sehingga terlihat adanya model-model kehidupan, wujud dan ciri-ciri kelompok yang beragam. Di samping adanya model dan wujud yang beragam, juga terjadi perubahan alat-alat tubuh yang disesuaikan dengan cara hidup di darat, misalnya perlu paru-paru, tungkai, choana, dan lain-lain. Untuk klasifikasi Amphibia diperlukan kombinasi berbagai ciri. Dengan demikian Amphibia dapat dibagi menjadi 4 ordo: Apoda, Trachystomata, Caudata dan Anura. Apoda dan Trachystomata merupakan ordo yang anggota-anggotanya sedikit, sedangkan Caudata dan Anura merupakan ordo-ordo yang anggota-anggotanya banyak. Pembahasan kedua ordo ini dibatasi hanya yang berkaitan dengan contoh-contoh yang ada di alam Indonesia.
Reptilia
Reptilia adalah kelompok hewan darat yang sebenarnya karena mereka bernapas dengan paru-paru sepanjang hidupnya. Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulitnya memiliki lapisan bahan tanduk yang tebal. Lapisan ini mengalami modifikasi menjadi sisik-sisik. Kulit sedikit sekali mengandung kelenjar kulit. Ada di antaranya yang selain mempunyai sisik epidermis juga mempunyai sisik dermis, misalnya buaya. Pada anggota Lacertilia pengelupasan kulit terjadi sedikit demi sedikit, sedangkan pada ular terjadi sekaligus. Reptil termasuk Tetrapoda sehingga memiliki 4 buah tungkai atau kaki, tetapi ada pula di antara anggota-anggotanya yang tungkainya mereduksi atau menghilang sama sekali. Menghilangnya tungkai-tungkai itu merupakan ciri sekunder, atau wujud adaptasi terhadap lingkungan. Hewan reptil berkloaka dengan celah berbentuk transversal atau longitudinal. Sebagai hewan darat reptil telah memiliki langit-langit sekunder, dan pada buaya perkembangannya telah sempurna. Semua reptil bergigi kecuali kura-kura. Perlekatan gigi-gigi itu ada yang acrodont, pleurodont, thecodont. Pada anggota Lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk klasifikasi. Alat pendengar, ada yang dilengkapi dengan telinga luar dan ada yang tidak. Mata ada yang berkelopak dan dapat bergerak, ada pula yang kelopaknya tidak dapat bergerak serta berubah menjadi bangunan transparan. Reptil jantan memiliki alat kelamin luar berupa sebuah penis atau satu pasang hemipenis. Embrio memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur pada waktu menetas. Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.
Kelas Aves
Setiap burung tubuhnya ditutupi bulu, sehingga bulu merupakan ciri spesifik burung, yang tidak dimiliki oleh kelompok Tetrapoda lainnya. Pada hakikatnya bulu berfungsi sebagai alat untuk terbang, karena burung merupakan perkembangan filogenetik dari reptil yang tak terbang. Bulu diduga berasal dari modifikasi sisik-sisik reptil yang menjadi moyang burung. Selain itu bulu juga berfungsi untuk menjaga suhu tubuh burung agar tetap tinggi. Sebelum burung benar-benar dapat terbang ada suatu bentuk makhluk yang sebagian ciri-cirinya menyerupai burung dan sebagian yang lain menyerupai reptil. Bentuk ini dipandang atau dianggap sebagai bentuk perkembangan reptil menuju burung. Makhluk yang fosilnya ditemukan di Jerman ini diberi nama Archaeopteryx lithographica. Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu Ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah Carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu terbang, bahkan ada yang sangat pandai terbang. Lebih lanjut masing-masing kelompok itu dibagi-bagi menjadi ordo-ordo yang jumlahnya tidak kurang dari 30. Masing-masing ordo diuraikan ciri-ciri utamanya dan diberikan contohnya.
Kelas Mamalia
Nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota (hewan) yang memiliki glandula mammae. Selain itu ciri lainnya adalah memiliki rambut-rambut, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Suhu tubuh mamalia relatif tetap dan keadaan ini disebut homoioterm. Di dalam kulit mamalia terdapat kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar bau dan kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi mamalia adalah heterodont, thecodont, dan diphyodont. Dipandang dari cara menapakkan kakinya, mamalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Secara umum, ada mamalia yang bermanfaat, ada yang merugikan dan ada yang membahayakan bagi kehidupan manusia. Jumlah spesies mamalia yang telah dikenal mamalia tidak kurang 4.000 dan dikelompokkan ke dalam sejumlah ordo.Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang menghayati (mendarahdagingkan - internalize) norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga timbullah diri yang unik, karena pada awal kehidupan tidak ditemukan apa yang disebut dengan “diri”.
Tujuan sosiologi dalam mempelajari sosialisasi karena dengan mempelajari bagaimana orang berinteraksi maka kita dapat memahami orang lain dengan lebih baik. Dengan memperhatikan orang lain, diri sendiri dan posisi kita di masyarakat maka kita dapat memahami bagaimana kita berpikir dan bertindak.
Terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan sosialisasi, yaitu the significant others , the generalized other , looking glass self serta impression management. Masing-masing konsep tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam diri seorang individu yang mengalami proses sosialisasi.
Produk penting dari proses sosialisasi adalah self/personality/diri. Dalam rangka interaksi dengan orang lain, seseorang akan mengembangkan suatu keunikan dalam hal perilaku, pemikiran dan perasaan yang secara bersama-sama akan membentuk self.
Agen sosialisasi meliputi keluarga, teman bermain, sekolah dan media massa. Keluarga merupakan agen pertama dalam sosialisasi yang ditemui oleh anak pada awal perkembangannya. Kemudian kelompok sebaya sebagai agen sosialisasi di mana si anak akan belajar tentang pengaturan peran orang-orang yang berkedudukan sederajat. Sekolah sebagai agen sosialisasi merupakan institusi pendidikan di mana anak didik selama di sekolah akan mempelajari aspek kemandirian, prestasi, universalisme serta spesifisitas. Agen sosialisasi yang terakhir adalah media massa di mana melalui sosialisasi pesan-pesan dan simbol-simbol yang disampaikan oleh berbagai media akan menimbulkan berbagai pendapat pula dalam masyarakat
Jenis Sosialisasi dan Pola Sosialisasi
Proses yang dialami individu terbagi atas sosialisasi primer dan sekunder, sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak, terjadi dalam lingkungan keluarga, individu tidak mempunyai hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima dan menginternalisasi cara pandang keluarga
Sedangkan sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Dalam sosialisasi sekunder terdapat proses resosialisasi dan desosialisasi, di mana keduanya merupakan proses yang berkaitan satu sama lain. Resosialisasi berkaitan dengan pengajaran dan penanaman nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai yang pernah dialami sebelumnya, untuk penguatan dalam penanaman nilai-nilai baru tersebut maka desosialisasi terjadi di mana diri individu yang lama “dicabut dan diberi” diri yang baru dalam proses resosialisasi. Kedua proses tersebut terlihat dengan jelas dalam suatu total institusi yang merupakan suatu tempat di mana terdapat sejumlah besar individu yang terpisah dari lingkungan sosialnya.
Pola sosialisasi mengacu pada cara-cara yang dipakai dalam sosialisasi , terdapat dua pola, yaitu represif dan partisipatoris. Represif menekankan pada penggunaan hukuman, memakai materi dalam hukuman dan imbalan, kepatuhan anak pada orang tua, komunikasi satu arah, nonverbal dan berisi perintah, orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, keluarga menjadi significant others. Sedangkan sosialisasi partisipatoris menekankan pada individu diberi imbalan jika berkelakuan baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan pada interaksi, komunikasi terjadi secara lisan, anak pusat sosialisasi sehingga keperluan anak dianggap penting, keluarga menjadi generalized others.
Seseorang akan mengalami proses sosialisasi yang bersifat terus menerus selama individu tersebut hidup mulai dari anak-anak sampai mereka dewasa. Termasuk pula sosialisasi gender akan pula dialami oleh individu baik laki-laki maupun perempuan. Sosialisasi Gender mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh masyarakat dalam mempelajari identitas gender dan berkembang menurut norma budaya tentang laki-laki dan perempuan
Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi.
Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat kecil.
Dimensi Stratifikasi Sosial
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan secara bersama.
Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas, kelompok status, dan partai.
Kelas sosial merupakan suatu pembedaan individu atau kelompok berdasarkan kriteria ekonomi. Untuk mendalami kelas sosial ini Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria tradisional.
Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya adalah identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola-pola keluarga, dan munculnya simbol status dalam masyarakat.
Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.
Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan objektif, pendekatan subyektif, dan pendekatan reputasional.
Pengantar Sosiologi : karya Wawan Hermawan
Untuk Kalangan Terbatas
Pert. 1 dan 2 MS WORD
Mengatur halaman, mengaktifkan ruler, memasukkan dan memformat teks, mengatur paragraf, menyalin tek atau gambar, memindahkan teks atau gambar, membatalkan kesalahan, menemukan dan mengganti teks
Pert 3 dan 4 Print View dan pencetakan dokumen, menggunakan find and replace, menggunakan foot note dan header.Mengedit naskah.
Pert 5 dan 6 MS EXCEL
Menambah dan menyembunyikan worksheet, memasukkan dan mengedit data, mengenal format data,
Pert 7 dan 8 Menggunakan cells style, SUM, Multiply dan Average
Pert 9 dan 10 MS Power Point
Menambah slide dan memilih lay out, menentukan template design dan back ground, mengelola slide, menggunakan bullet numbering,
Pert 11 dan 12 Intenet
Browsing, search engine, e-mail, e-trading. Download
13 dan 14 Membuat Blog
Bagaimana komentar Anda terhadap virus flu burung, yang saat ini virus flu burung tersebut sedang ramai dibicarakan dalam berbagai media massa? Mengapa virus tersebut hingga saat ini belum dapat ditemukan antivirusnya? Mungkin setelah Anda mempelajari materi virus ini Anda dapat berkomentar banyak tentang virus flu burung tersebut. Secara umum, virus memiliki ciri-ciri seperti berikut:
1. merupakan parasit intraseluler obligat
2. tidak mempunyai sistem pembangkit ATP
3. tidak mempunyai ribososm untuk mensintesis protein
4. hanya mengandung 1 tipe asam nukleat: RNA atau DNA saja
5. mempunyai ukuran: 20-250 nanometer
6. tidak mempunyai daya hambat terhadap antibiotik
7. hanya berbentuk sebagai pembungkus protein dan disebut kaspid
Dengan melihat beberapa ciri-ciri tersebut, virus tidak akan dapat hidup tanpa adanya kehadiran inang. Jadi, virus sangat bergantung kepada inang, atas hal ini virus dapat dikelompokkan menjadi:
A. Virus Bakterial
Virus bakterial adalah virus yang menyerang bakteri dan disebut sebagai bakteriofage atau fage. Virus yang sempurna secara struktural, matang serta mampu menginfeksi disebut virion. Virus bakterial dicirikan dengan:
1) Morfologi
Morfologi bakteriofage/fage terdiri dari bagian kepala yang berbentuk polyhedral, dan bagian ekor yang berbentuk batang. Atas dasar tersebut fage dapat dikelompokkan menjadi 6 tipe, yaitu: tipe A, B, C, D, E, dan F.
2) Asam nukleat
Morfologi pada setiap fage berbeda tergantung pada tipe asam nukleat. Terdapat fage yang mengandung DNA utas ganda, DNA utas tunggal, RNA utas ganda, dan RNA utas tunggal.
3) Komponen-komponen kimia lain
Fage terbagi menjadi bagian inti, yang berupa asam nukleat dan bagian selubung yang berupa protein, yang terdiri dari sejumlah sub unit/molekul protein.
4) Reproduksi
Peristiwa yang berlangsung selama reproduksi pada setiap fage pada dasarnya sama, yaitu meliputi:
a. Penyerapan/adsorpsi
Adsorpsi merupakan langkah awal virus dalam melakukan reproduksi melalui infeksi. Diawali dengan bagian ujung ekor virus akan melekat pada dinding sel. Namun, bila bakteri kehilangan kemampuan dalam mensintesis reseptor untuk fage yang khas maka bakteri menjadi resisten terhadap infeksi fage.
b. Penetrasi
Penetrasi. Setelah fase penyerapan, dilanjutkan dengan fase penetrasi. Fage akan menginjeksikan asam nukleatnya ke sitoplasma bakteri, sementara bagian selubung protein tetap di luar bakteri.
c. Replikasi
Replikasi. Segera setelah asam nukleat diinjeksikan ke bakteri, virus akan mengambil alih sistem metabolik inang, sehingga menyebabkan asam nukleat bakteri tidak akan disintesis, melainkan fage akan mensintesis asam nukleatnya sendiri.
d. Perakitan dan lisis
Perakitan dan Lisis. Setelah DNA tersebut digandakan, beberapa saat kemudian (sekitar 25 menit) akan terakit sejumlah 200 fage baru. Dengan demikian sel bakteri akan pecah, melepaskan fage-fage baru dan fage siap menginfeksi kembali bakteri-bakteri lain, dan memulai lagi daur reproduksi seperti tersebut di atas.
e. Lisogeni
Lisogeni. Tidak semua virus dalam menginfeksi inang mengambil alih pembuatan asam nukleat, tetapi terdapat virus yang justru bergabung ke dalam DNA inang/bakteri atau DNA fage menjadi bagian material genetik bakteri inangnya, kemudian melakukan replikasi bersama sehingga disebut profage.
B. Virus Hewan/Tumbuhan
Virus yang menyerang hewan/tumbuhan dan berkembang biak di dalam sel inang, kemudian dapat menimbulkan penyakit. Secara umum biologi dasar virus hewan/tumbuhan sama dengan fage. Namun, virus hewan/tumbuhan mempunyai sifat-sifat khusus, antara lain:
1. Morfologi
Tersusun dari suatu inti asam nukleat yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh suatu kapsid, yang terbuat dari kapsomer-kapsomer. Berdasarkan morfologi virus hewan dan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: ikosahedral, helikal, bersampul, dan kompleks.
2. Asam nukleat
Virus hewan mempunyai 4 jenis asam nukleat, yaitu DNA berutas tunggal, DNA berutas ganda, RNA berutas tunggal, dan RNA berutas ganda. Sedang virus tumbuhan mempunyai DNA berutas tunggal, RNA berutas tunggal, dan RNA berutas ganda.
3. Komponen-komponen kimia lain
Selain asam nukleat, terdapat senyawa kimia lain yang menyusun virus hewan dan tumbuhan, yaitu protein, lipid, dan karbohidrat.
4. Reproduksi (replikasi)
Multiplikasi virus pada masing-masing sel yang terinfeksi terjadi dalam serangkaian proses yang tidak tergantung satu sama lain, yang memuncak pada perakitan asam nukleat virus, protein virus, dan komponen virus yang lain. Rincian langkah reproduksi berbeda-beda untuk setiap tipe virus, tetapi secara umum sebagai berikut:
a. adsorpsi
Adsorpsi virion pada tempat reseptor yang khas pada permukaan sel inang, merupakan reaksi yang paling khas antara virus dengan sel inang. Sel yang tidak mempunyai reseptor, resisten terhadap infeksi virus.
b. penetrasi dan pelepasan
Penetrasi terjadi dengan penelanan virion utuh atau bergabungnya pembungkus virus dengan membran sel inang sehingga hanya nukleokapsid yang memasuki inang. Beberapa saat kemudian, pembungkus asam nukleat dilepaskan, dan keluar asam nukleat virus dan kapsid.
c. replikasi
Asam nukleat virus akan mengalami replikasi dan terjadi sintesis protein.
d. perakitan
Setelah replikasi asam nukleat virus, segera dirakit komponen virus menjadi nukleokapsid.
e. pembebasan
Virus yang terdapat sebagai nukleokapsid telanjang dilepaskan dengan cara lisis atau ditekan keluar oleh sel inang, melalui membran sel inang yang khas
Bagaimana komentar Anda terhadap virus flu burung, yang saat ini virus flu burung tersebut sedang ramai dibicarakan dalam berbagai media massa? Mengapa virus tersebut hingga saat ini belum dapat ditemukan antivirusnya? Mungkin setelah Anda mempelajari materi virus ini Anda dapat berkomentar banyak tentang virus flu burung tersebut. Secara umum, virus memiliki ciri-ciri seperti berikut:
1. merupakan parasit intraseluler obligat
2. tidak mempunyai sistem pembangkit ATP
3. tidak mempunyai ribososm untuk mensintesis protein
4. hanya mengandung 1 tipe asam nukleat: RNA atau DNA saja
5. mempunyai ukuran: 20-250 nanometer
6. tidak mempunyai daya hambat terhadap antibiotik
7. hanya berbentuk sebagai pembungkus protein dan disebut kaspid
Dengan melihat beberapa ciri-ciri tersebut, virus tidak akan dapat hidup tanpa adanya kehadiran inang. Jadi, virus sangat bergantung kepada inang, atas hal ini virus dapat dikelompokkan menjadi:
A. Virus Bakterial
Virus bakterial adalah virus yang menyerang bakteri dan disebut sebagai bakteriofage atau fage. Virus yang sempurna secara struktural, matang serta mampu menginfeksi disebut virion. Virus bakterial dicirikan dengan:
1) Morfologi
Morfologi bakteriofage/fage terdiri dari bagian kepala yang berbentuk polyhedral, dan bagian ekor yang berbentuk batang. Atas dasar tersebut fage dapat dikelompokkan menjadi 6 tipe, yaitu: tipe A, B, C, D, E, dan F.
2) Asam nukleat
Morfologi pada setiap fage berbeda tergantung pada tipe asam nukleat. Terdapat fage yang mengandung DNA utas ganda, DNA utas tunggal, RNA utas ganda, dan RNA utas tunggal.
3) Komponen-komponen kimia lain
Fage terbagi menjadi bagian inti, yang berupa asam nukleat dan bagian selubung yang berupa protein, yang terdiri dari sejumlah sub unit/molekul protein.
4) Reproduksi
Peristiwa yang berlangsung selama reproduksi pada setiap fage pada dasarnya sama, yaitu meliputi:
a. Penyerapan/adsorpsi
Adsorpsi merupakan langkah awal virus dalam melakukan reproduksi melalui infeksi. Diawali dengan bagian ujung ekor virus akan melekat pada dinding sel. Namun, bila bakteri kehilangan kemampuan dalam mensintesis reseptor untuk fage yang khas maka bakteri menjadi resisten terhadap infeksi fage.
b. Penetrasi
Penetrasi. Setelah fase penyerapan, dilanjutkan dengan fase penetrasi. Fage akan menginjeksikan asam nukleatnya ke sitoplasma bakteri, sementara bagian selubung protein tetap di luar bakteri.
c. Replikasi
Replikasi. Segera setelah asam nukleat diinjeksikan ke bakteri, virus akan mengambil alih sistem metabolik inang, sehingga menyebabkan asam nukleat bakteri tidak akan disintesis, melainkan fage akan mensintesis asam nukleatnya sendiri.
d. Perakitan dan lisis
Perakitan dan Lisis. Setelah DNA tersebut digandakan, beberapa saat kemudian (sekitar 25 menit) akan terakit sejumlah 200 fage baru. Dengan demikian sel bakteri akan pecah, melepaskan fage-fage baru dan fage siap menginfeksi kembali bakteri-bakteri lain, dan memulai lagi daur reproduksi seperti tersebut di atas.
e. Lisogeni
Lisogeni. Tidak semua virus dalam menginfeksi inang mengambil alih pembuatan asam nukleat, tetapi terdapat virus yang justru bergabung ke dalam DNA inang/bakteri atau DNA fage menjadi bagian material genetik bakteri inangnya, kemudian melakukan replikasi bersama sehingga disebut profage.
B. Virus Hewan/Tumbuhan
Virus yang menyerang hewan/tumbuhan dan berkembang biak di dalam sel inang, kemudian dapat menimbulkan penyakit. Secara umum biologi dasar virus hewan/tumbuhan sama dengan fage. Namun, virus hewan/tumbuhan mempunyai sifat-sifat khusus, antara lain:
1. Morfologi
Tersusun dari suatu inti asam nukleat yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh suatu kapsid, yang terbuat dari kapsomer-kapsomer. Berdasarkan morfologi virus hewan dan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: ikosahedral, helikal, bersampul, dan kompleks.
2. Asam nukleat
Virus hewan mempunyai 4 jenis asam nukleat, yaitu DNA berutas tunggal, DNA berutas ganda, RNA berutas tunggal, dan RNA berutas ganda. Sedang virus tumbuhan mempunyai DNA berutas tunggal, RNA berutas tunggal, dan RNA berutas ganda.
3. Komponen-komponen kimia lain
Selain asam nukleat, terdapat senyawa kimia lain yang menyusun virus hewan dan tumbuhan, yaitu protein, lipid, dan karbohidrat.
4. Reproduksi (replikasi)
Multiplikasi virus pada masing-masing sel yang terinfeksi terjadi dalam serangkaian proses yang tidak tergantung satu sama lain, yang memuncak pada perakitan asam nukleat virus, protein virus, dan komponen virus yang lain. Rincian langkah reproduksi berbeda-beda untuk setiap tipe virus, tetapi secara umum sebagai berikut:
a. adsorpsi
Adsorpsi virion pada tempat reseptor yang khas pada permukaan sel inang, merupakan reaksi yang paling khas antara virus dengan sel inang. Sel yang tidak mempunyai reseptor, resisten terhadap infeksi virus.
b. penetrasi dan pelepasan
Penetrasi terjadi dengan penelanan virion utuh atau bergabungnya pembungkus virus dengan membran sel inang sehingga hanya nukleokapsid yang memasuki inang. Beberapa saat kemudian, pembungkus asam nukleat dilepaskan, dan keluar asam nukleat virus dan kapsid.
c. replikasi
Asam nukleat virus akan mengalami replikasi dan terjadi sintesis protein.
d. perakitan
Setelah replikasi asam nukleat virus, segera dirakit komponen virus menjadi nukleokapsid.
e. pembebasan
Virus yang terdapat sebagai nukleokapsid telanjang dilepaskan dengan cara lisis atau ditekan keluar oleh sel inang, melalui membran sel inang yang khas
Bagaimana komentar Anda terhadap virus flu burung, yang saat ini virus flu burung tersebut sedang ramai dibicarakan dalam berbagai media massa? Mengapa virus tersebut hingga saat ini belum dapat ditemukan antivirusnya? Mungkin setelah Anda mempelajari materi virus ini Anda dapat berkomentar banyak tentang virus flu burung tersebut. Secara umum, virus memiliki ciri-ciri seperti berikut:
1. merupakan parasit intraseluler obligat
2. tidak mempunyai sistem pembangkit ATP
3. tidak mempunyai ribososm untuk mensintesis protein
4. hanya mengandung 1 tipe asam nukleat: RNA atau DNA saja
5. mempunyai ukuran: 20-250 nanometer
6. tidak mempunyai daya hambat terhadap antibiotik
7. hanya berbentuk sebagai pembungkus protein dan disebut kaspid
Dengan melihat beberapa ciri-ciri tersebut, virus tidak akan dapat hidup tanpa adanya kehadiran inang. Jadi, virus sangat bergantung kepada inang, atas hal ini virus dapat dikelompokkan menjadi:
A. Virus Bakterial
Virus bakterial adalah virus yang menyerang bakteri dan disebut sebagai bakteriofage atau fage. Virus yang sempurna secara struktural, matang serta mampu menginfeksi disebut virion. Virus bakterial dicirikan dengan:
1) Morfologi
Morfologi bakteriofage/fage terdiri dari bagian kepala yang berbentuk polyhedral, dan bagian ekor yang berbentuk batang. Atas dasar tersebut fage dapat dikelompokkan menjadi 6 tipe, yaitu: tipe A, B, C, D, E, dan F.
2) Asam nukleat
Morfologi pada setiap fage berbeda tergantung pada tipe asam nukleat. Terdapat fage yang mengandung DNA utas ganda, DNA utas tunggal, RNA utas ganda, dan RNA utas tunggal.
3) Komponen-komponen kimia lain
Fage terbagi menjadi bagian inti, yang berupa asam nukleat dan bagian selubung yang berupa protein, yang terdiri dari sejumlah sub unit/molekul protein.
4) Reproduksi
Peristiwa yang berlangsung selama reproduksi pada setiap fage pada dasarnya sama, yaitu meliputi:
a. Penyerapan/adsorpsi
Adsorpsi merupakan langkah awal virus dalam melakukan reproduksi melalui infeksi. Diawali dengan bagian ujung ekor virus akan melekat pada dinding sel. Namun, bila bakteri kehilangan kemampuan dalam mensintesis reseptor untuk fage yang khas maka bakteri menjadi resisten terhadap infeksi fage.
b. Penetrasi
Penetrasi. Setelah fase penyerapan, dilanjutkan dengan fase penetrasi. Fage akan menginjeksikan asam nukleatnya ke sitoplasma bakteri, sementara bagian selubung protein tetap di luar bakteri.
c. Replikasi
Replikasi. Segera setelah asam nukleat diinjeksikan ke bakteri, virus akan mengambil alih sistem metabolik inang, sehingga menyebabkan asam nukleat bakteri tidak akan disintesis, melainkan fage akan mensintesis asam nukleatnya sendiri.
d. Perakitan dan lisis
Perakitan dan Lisis. Setelah DNA tersebut digandakan, beberapa saat kemudian (sekitar 25 menit) akan terakit sejumlah 200 fage baru. Dengan demikian sel bakteri akan pecah, melepaskan fage-fage baru dan fage siap menginfeksi kembali bakteri-bakteri lain, dan memulai lagi daur reproduksi seperti tersebut di atas.
e. Lisogeni
Lisogeni. Tidak semua virus dalam menginfeksi inang mengambil alih pembuatan asam nukleat, tetapi terdapat virus yang justru bergabung ke dalam DNA inang/bakteri atau DNA fage menjadi bagian material genetik bakteri inangnya, kemudian melakukan replikasi bersama sehingga disebut profage.
B. Virus Hewan/Tumbuhan
Virus yang menyerang hewan/tumbuhan dan berkembang biak di dalam sel inang, kemudian dapat menimbulkan penyakit. Secara umum biologi dasar virus hewan/tumbuhan sama dengan fage. Namun, virus hewan/tumbuhan mempunyai sifat-sifat khusus, antara lain:
1. Morfologi
Tersusun dari suatu inti asam nukleat yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh suatu kapsid, yang terbuat dari kapsomer-kapsomer. Berdasarkan morfologi virus hewan dan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu: ikosahedral, helikal, bersampul, dan kompleks.
2. Asam nukleat
Virus hewan mempunyai 4 jenis asam nukleat, yaitu DNA berutas tunggal, DNA berutas ganda, RNA berutas tunggal, dan RNA berutas ganda. Sedang virus tumbuhan mempunyai DNA berutas tunggal, RNA berutas tunggal, dan RNA berutas ganda.
3. Komponen-komponen kimia lain
Selain asam nukleat, terdapat senyawa kimia lain yang menyusun virus hewan dan tumbuhan, yaitu protein, lipid, dan karbohidrat.
4. Reproduksi (replikasi)
Multiplikasi virus pada masing-masing sel yang terinfeksi terjadi dalam serangkaian proses yang tidak tergantung satu sama lain, yang memuncak pada perakitan asam nukleat virus, protein virus, dan komponen virus yang lain. Rincian langkah reproduksi berbeda-beda untuk setiap tipe virus, tetapi secara umum sebagai berikut:
a. adsorpsi
Adsorpsi virion pada tempat reseptor yang khas pada permukaan sel inang, merupakan reaksi yang paling khas antara virus dengan sel inang. Sel yang tidak mempunyai reseptor, resisten terhadap infeksi virus.
b. penetrasi dan pelepasan
Penetrasi terjadi dengan penelanan virion utuh atau bergabungnya pembungkus virus dengan membran sel inang sehingga hanya nukleokapsid yang memasuki inang. Beberapa saat kemudian, pembungkus asam nukleat dilepaskan, dan keluar asam nukleat virus dan kapsid.
c. replikasi
Asam nukleat virus akan mengalami replikasi dan terjadi sintesis protein.
d. perakitan
Setelah replikasi asam nukleat virus, segera dirakit komponen virus menjadi nukleokapsid.
e. pembebasan
Virus yang terdapat sebagai nukleokapsid telanjang dilepaskan dengan cara lisis atau ditekan keluar oleh sel inang, melalui membran sel inang yang khas
Mikroorganisme di perairan berdasarkan sifat tropiknya meliputi :
1. Mikroba autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia
Contohnya : Thiobacillus, Nitrosomonas, Nitrobacter
2. Mikroba heterotrof adalah organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain
Contohnya antara lain : Saprolegnia sp., Candida albicans, Trichopnyton rubrum
Bakteri
Bakteri yang hidup di perairan umumnya uniseluler, tidak memiliki klorofil, berkembangbiak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner, sebagian besar (± 80%) berbentuk batang, Gram negatif, bergerak secara aktif. Secara umum hidupnya saprofitik pada sisa buangan hewan atau tanaman yang sudah mati, ada juga yang bersifat parasitik pada hewan, manusia dan tanaman yang dapat menyebabkan penyakit. Contoh bakteri yang banyak dijumpai di laut : Pseudomonas, Vibrio, Flavobacterium, Achromobacter dan Bacterium.
Alga Biru Hijau
Alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang mempunyai fungsi seperti tumbuhan darat, wujud alga terdiri dari batang yang disebut thallus. Umumnya alga hidup secara bebas di air atau bersimbiose dengan jasad lain. Mempunyai bentuk uniseluler, filamen yang mengelilingi tubuhnya banyak diselimuti dengan lendir. Merupakan divisi Cyanophyta dengan beberapa kelas yaitu : Nostocales, Chroococcales, dan Stigonematales.
Fungi
Hidup tersebar luas. Berbentuk uniseluler, umumnya berbentuk filamen atau serat yang disebut miselia atau hifa. Contoh : Saprolegnia sp., Branchiomyces sanguinis, Icthyophonus hoferi
Mikroalgae
Contoh : Chlorella sp., Pyrodinium bahamense, Trichadesmium erythraeum, salah satu spesies dari Cyanobacterium, Noctiluca scintillans (satu spesies dari Dinoflagellata).
Virus
Bentuk virus bermacam-macam antara lain : bentuk batang pendek, batang panjang, bulat, bentuk polihedral. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri. Hanya memiliki satu jenis asam nukleat.
Contoh virus Coli-fag
Protozoa
Protozoa merupakan protista unisel, mikroskopis, berukuran yang bervariasi antara 10 - 500 mikron, hidup sebagai satu individu ada pula yang berkoloni. Protozoa terbagi menjadi 3 yaitu amoeba/pseudoodia, siliata dan flagelata. Contoh : Cryptocaryon irritans, Stylonycia sp. Entamoeba histolitika
1. Lingkungan Perairan Laut
Pada lingkungan perairan laut mikroorganisme terdapat di seluruh bagian laut dari permukaan air laut sampai dasar relung yang terdalam. Terdapat 8 habitat/ wilayah yang dihuni oleh mikroorganisme laut, yaitu :
1. Habitat permukaan laut disebut neuston/pleuston (mikrohabitat di perbatasan antara udara dan air yang kaya polisakarida-protein) Plankton : organisme yang pasif bergerak sebagian besar adalah organisme fotosintetik yang berdiam di wilayah fotik.
Berdasarkan komposisi penyusunnya plankton dapat dibedakan :
a. fitoplankton (plankton tumbuhan)
b. zooplankton (plankton hewan)/bakterioplankton (bakteri)
berdasarkan asal-usulnya plankton dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. autoplankton yaitu plankton yang berasal dari habitat tersebut
b. alloplankton yaitu plankton yang berasal dari luar habitat tersebut.
sedangkan berdasarkan ukurannya plankton dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. femtoplankton ( 0,02 - 0,2 µm);
b. pikoplankton (0,2 - 2,0 µm);
c. nanoplankton (2,0 - 20 µm); plankton yang lolos dari plankton-net no 25
d. mikroplankton (20 - 200 µm);
e. mesoplankton (0,2-20 mm); atau netplankton merupakan plankton yang dapat ditangkap dengan plankton-net no 25
f. makroplankton (20 - 200 mm); plankton yang dapat dilihat dengan mata telanjang
g. megaplankton (200 - 2000 mm).
2. Habitat epibiotik : permukaan benda mati yang dilekati oleh komunitas mikroorganisme
3. Habitat endobiotik : lingkungan dalam jaringan tubuh organisme yang lebih besar.
4. Habitat epipelagik : dari permukaan sampai kedalaman 100 m
Diantara lapisan epipelagik dan mesopelagik terdapat lapisan termoklin (lapisan yang selalu mengalami perubahan suhu yang cepat), terutama dijumpai di perairan dalam daerah iklim sedang.
5. Habitat mesopelagik : sampai kedalaman 2000 m
6. Habitat batipelagik
7. Habitat abisopelagik
8. Habitat bentik/dasar laut : daerah perbatasan antara air laut dengan sedimen.
Distribusi bakteri di laut dipengaruhi oleh antara lain gerakan air laut, jarak dari pantai, kedalaman, cahaya matahari, iklim dan organisme lain.
2. Lingkungan Perairan Tawar
Pada umumnya lingkungan perairan tawar lebih banyak mengandung nutrien jika dibandingkan dengan lingkungan perairan laut. Lingkungan perairan tawar dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
1. habitat lentik contoh : danau, kolam
2. habitat lotik contoh : mata air, sungai
3. Lingkungan Perairan Payau
Merupakan daerah transisi antara perairan tawar dan laut.
Mikroorganisme yang hidup di perairan payau antara lain : Vibrio, Psedomonas, Bacillus, Chromobacterium, Cyanobacteria, anggota actinomycetes, algae, protozoa, dan virus.
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di tubuh manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme yang secara alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kehadiran flora normal pada tubuh manusia adalah :
1.nutrisi
2.kebersihan seseorang (berapa seringnya dibersihkan)
3.kondisi hidup
4.penerapan prinsip-prinsip kesehatan
Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya.
Contohnya : Streptococcus viridans, S. faecalis,Pityrosporum ovale,Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu beberapa jam, hari, atau minggu. Keberadaan mikroorganisme ini ada secara tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
Flora normal pada manusia tidak tetap, selalu mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh :
1.nutrisi
2. usia
3.hormon
4.kesehatan umum
Flora normal pada tubuh manusia terdapat di :
1. kulit
Flora dapat hidup lama di kulit karena kulit mengeluarkan zat bakterisidal, contohnya kelenjar keringat akan mengeluarkan enzim lisozim, kelenjar lemak mengeksresikan lipid yang kompleks. Spesies yang biasanya ada di kulit antara lain : Staphylococcus epidermidis, S. aureus, Streptococcus viridans, Peptostreptococcus sp., sianobakteri aerobik, difteroid. Pada kelenjar lemak antara lain bakteri anaerob lipolitik misalnya Propionibacterium acnes yang menyebabkan timbulnya jerawat. Faktor-faktor yang menghilangkan flora normal sementara pada kulit adalah asam lemak pada sekresi sebasea, adanya lisozim, dan pH yang rendah. Flora normal tidak berubah secara signifikan oleh pencucian/ mandi/ keringat yang berlebihan, tetapi pemakaian tutup yang rapat pada kulit akan mengakibatkan populasi mikroorganisme secara keseluruhan akan meningkat dan mengakibatkan perubahan kualitatif flora normal.
2. saluran nafas :
- hidung
- nasofaring
Flora normal yang menghuni hidung dan nasofaring antara lain : Staphylococcus epidermidis, S. aureus, Branhamella catarrhalis, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, Prevotella melaninogenica, Neisseria meningitidis.
3. saluran cerna :
- mulut
- orofaring
- perut
- usus kecil
- usus besar
Air liur mengandung air, asam amino, protein, lipid, karbohidrat dan senyawa anorganik. Air liur merupakan medium yang kaya kompleks yang dapat digunakan oleh mikroorganisme yang hidup di mulut sebagi sumber nutrien. Mikroorganisme yang menghuni orofaring (bagian belakang mulut) antara lain S. aureus dan S. epidermis dan streptococcus viridians (merupakan penghuni asli orofaring). Adanya flora normal dalam saluran cerna akan memberikan keuntungan bagi hospesnya :
1. menghambat pertumbuhan atau menimbulkan resistensi terhadap bakteri patogen
2. menghasilkan vitamin B kompleks dan vitamin
3. konversi pigmen empedu dan asam empedu
4. absorbsi zat makanan
Contohnya : B. fragilis, C. perfringens
4. saluran urogenitalis : saluran kemih
Pada saluran urogenitalis laki-laki dapat ditemukan bakteri : Staphyllococcus epidermis, Mycobacterium smegmatis, dan E. coli. Pada saluran urogenitalis perempuan ditemukan antara lain : E. coli, Enterobacter aerogenes, Staphyllococcus, Streptococcus, Veillonella, Mycobacterium smegmatis, Neiserria catarrhalis, N. sicca, dan Yeast.
Sumber Buku : MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN Karya Elizabeth Novi Kusumaningrum
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit
1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan disebut hospes.
2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual.
3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya.
4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada permukaan luar hospesnya.
- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya.
- Kekebalan didapat secara aktif.
Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman.
a. Data biometeorologi
b. Penguapan air
c. Kandungan air dalam tanah.
(1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi,
(2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya,
(3) taksonomi parasit penyebabnya.
Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah:
1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran.
2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya
3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.
1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita sistiserkosis.
2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita taeniasis solium.
Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis.
Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid, praziquantel, atau kuinakrin